Indonesia memiliki luas lahan pertanian ke-3 di dunia. Tapi, sampai saat ini Indonesia masih impor beras jutaan ton dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi negeri kita sendiri. Mampukah Perbankan seperti CIMB Niaga mengambil peran dalam menciptakan inovasi berkelanjutan di bidang pertanian Indonesia? Kita mulai dari Indramayu.
Jamal, pilarteduh.com
Presiden Jokowi belum lama ini tepatnya satu pekan lalu mengungkapkan dalam Rakernas IV PDIP tentang pentingnya kedaulatan pangan di Indonesia. Menurutnya, 5 atau 10 tahun ke depan visi misi taktis yang berkaitan langsung dengan program kedaulatan pangan harus dilakukan.
Pasalnya, seluruh dunia sedang menghadapi krisis pangan global. Beberapa negara Asean yang biasanya mampu mengimpor beras ke Indonesia seperti Thailand dan Vietnam telah menahan diri untuk tidak mengekspor berasnya akibat krisis pangan ini. Faktornya antara lain ancaman perubahan iklim, kenaikan suhu tinggi, dan kemarau panjang menyebabkan gagal tanam dan juga gagal panen.
Presiden Jokowi juga menyampaikan data antara lain peristiwa super el nino yang terjadi di 7 Provinsi yang terjadi di negara kita turut serta mempengaruhi pasokan pangan di Indonesia.
Belum lagi keadaan geopolitik dunia perang antara Ukraina dan Rusia ikut berdampak pada Indonesia. Salah satunya gandum Indonesia impor 11 juta ton, 30 persennya berasal dari Ukraina dan Rusia, namun ketagangan antara dua negara tersebut berakibat pada tidak bisa terserapnya ganndum ke Indonesia dengan alasan keamanan laut.
Ini keadaan yang serius sekali, Baik benua Afrika, Amerika, Asia, maupun Eropa betul-betul terjadi krisis pangan secara nyata adanya. Jika bangsa Indonesia tidak segera mengambil inovasi untuk menangani masalah ini, mungkin kita akan kelaparan karena kekurangan pangan.
Baru-baru ini harga beras di Bali sudah naik dari per-karung biasanya 250 ribu rupiah bisa menjadi 300 ribu rupiah. Jika harga bahan makanan pokok sudah tidak terjangkau, maka sulit rasanya bagi masyarakat Indonesia untuk sekedar bertahan hidup saja.
Pertanyaannya, lalu bagaimana bidang perbankan seperti CIMB Niaga bisa berkontribusi serta berinovasi untuk pembangunan berkelanjutan Indonesia di masa depan?
Menurut saya CIMB Niaga bisa membuat Bank Tani. Bank Tani atau Bank pertanian adalah bank atau lembaga keuangan yang mengkhususkan diri untuk memberikan pinjaman bagi petani dan nelayan.
Sebab peran sektor pertanian yang sangat strategis dalam perekonomian nasional, khususnnya terkait dengan kedaulatan pangan belum diimbangi dengan dukungan penyediaan modal yang memadai.
Lembaga perbankan formal yang ada saat ini cenderung bias dan lebih mengutamakan pembiayaan non pertanian. Dengan memperhatikan fenomena tersebut, perlu adanya upaya pembentukan lembaga keuangan yang khusus bergerak dalam pembiayaan sektor pertanian ini.
Berdasarkan data Bank Indonesia, mengungkapkan bahwa pada tahun 2003, persentase jumlah kredit investasi untuk sektor pertanian tercatat sekitar 18,8 persen dari total kredit, sedangkan kredit modal kerja jauh lebih kecil lagi yaitu hanya sekitar 6,53 persen. Sebagian besar pendanaan perbankan adalah untuk sektor di luar pertanian seperti industri pengolahan, perdagangan, pertambangan dan kontruksi, jasa, dan sebagainya.
Menurut saya, opsi yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan lembaga keuangan yang tumbuh dan berkembang di tingkat lokal pada tingkat Desa, Kecamatan, maupun Kabupaten. Agar Bank Pertanian dapat melayani nasabah secara efektif dan efisien, maka bank tersebut harus didesain sesuai dengan kekhasan karakteristik sektor pertanian dan pelaku usaha pertanian di masing-masing daerah.
Sebut saja CIMB Niaga bisa membuka Bank Tani di Kabupaten Indramayu. Secara statistik Indramayu tercatat sebagai salah satu penghasil padi terbesar di Jawa Barat pada tahun 2022. Produksi gabah kering giling Indramayu pada 2022 mencapai 1,49 juta ton. Sedangkan produksi perikanan tangkap dan budidaya tahun 2021 di Kabupaten Indramayu mencapai 526.793,03 ton, ini termasuk terbesar di Jawa Barat. Data ini bisa dipertimbangkan CIMB Niaga untuk berinvestasi dengan program Bank Tani di Indramayu.
Menurut saya, CIMB Niaga tidak cukup dengan memberikan kredit bagi petani dan nelayan di Indramayu. Sebelum itu, CIMB Niaga perlu mengadakan workshop yang diisi oleh para pakar pertanian baik dari kalangan akademisi, pemerintah daerah, maupun yang terpenting para petani dan nelayan yang sudah sukses di sektor pertanian di Indramayu.
Karena seringkali problemnya, sebagain besar petani dan nelayan apalagi yang kecil, mereka tidak memiliki taraf pendidikan yang baik. Hal ini berpengaruh terhadap pengenalan maupun standar operasional teknologi ataupun alat-alat mesin pertanian (alsintan).
Dalam workshop itu juga diberikan wawasan tentang bagaimana menaikkan produktivitas panen, pemanfaatan alat mesin pertanian, serta bagaimana akses kredit bagi para petani dan nelayan yang bisa didapatkan dengan mudah baik skim waktu cicilan maupun fleksibilitas agunannya.
Edukasi tentang Negara Thailand dan Vietnam yang berhasil menjadi negara besar kedua dan ketiga eksportir beras di dunia dengan kualitas beras yang terstandarisasi, biaya produksi yang murah, serta hasil produksi yang maksimal, padahal luas lahan pertanian lebih sempit dari Indonesia perlu disampaikan. Agar muncul semangat para petani untuk lebih produktif, tentunya dengan bantuan CIMB Niaga.
Selain itu, CIMB Niaga bisa bekerjasama dengan pemerintah Indramayu dalam beberapa hal:
-
Standarisasi mutu dan kualitas gabah
-
Efisiensi proses produksi
-
Menjaga kestabilan harga gabah maupun beras
-
Penggunaan teknologi pertanian
Poin keempat ini yang menurut saya menjadi faktor kuncinya. Bagaimanapun teknologi pertanian yang baik akan dengan mudah menjaga mutu produksi yang lebih terstandarisasi, lalu biaya produksi akan jauh lebih murah, sehingga harga jualnya bisa lebih bersaing.
Tidak dipungkiri, penggunaan teknologi pertanian di Indonesia masih rendah. Mulai dari penanaman bibit, pengairan irigasi, pemupukan lahan, hingga proses panen penggilingan padi, Sebagian besar masih tradisional.
Hal ini terjadi karena kesadaran teknologi di kalangan petani masih rendah. Oleh karena itu perlu adanya peran dari pemerintah dan perbankan seperti CIMB Niaga untuk mengadakan pelatihan teknologi baru dalam bidang pertanian di Indonesia. Sebagai role model di Kabupaten Indramayu saja dulu. Jika berhasil, bisa dilakukan di daerah lainnnya.
World Bank mengatakan pada tahun 2018 hanya ada 10 % petani di Indonesia yang menggunakan teknologi modern. Berarti 90 % petani Kita masih tradisional. Ini PR besar bagi CIMB Niaga untuk bisa meningkatkan penerapan teknologi canggih pertanian di Indonesia, di mulai dari Kabupaten Indramayu.
Jika diperlukan, petani di Indramayu diberikan fasilitas oleh CIMB Niaga dan pemerintah Indramayu untuk study tour ke Thailand dan Vietnam, supaya melihat langsung bagaimana para petani di sana bekerja. Termasuk bagaimana pemerintah dan perbankan terlibat dalam memajukan sektor pertanian mereka sehiingga mampu ekspor beras ke seluruh dunia.
Setelah semua knowledge, SDM, serta seluruh stakeholder siap, barulah CIMB Niaga bekerjasama dengan pemerintah Indramayu membuat Bank Tani dengan mekanisme, sistem kredit, serta pembinaan yang berkala, sehingga CIMB Niaga mampu berkontribusi serta berinovasi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia dengan memulainya dari Indramayu. (Jml)