Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 26,16 juta orang atau 9,54% dari total penduduk Indonesia. Di Provinsi Kalimantan Timur, jumlah penduduk miskin perdesaan naik sebanyak 0,81 ribu orang dari 111.85 ribu orang pada September 2021 menjadi 112.66 ribu orang pada Maret 2022.
Berdasarkan data tersebut, seorang pemuda bernama M. Maghribul Falah berinisiatif membuat sebuah wadah yang diberi nama Ruang Inovasi (RI). Tujuannya adalah mengentaskan kemiskinan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur. Atas upayanya tersebut, Ia mendapatkan penghargaan dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) pada tahun 2021 bidang kewirausahaan. Seperti apa kisahnya?
Jamal, Pilarteduh.com
Ruang Inovasi (RI) ini adalah usaha sosial yang Maghrib dan teman-temannya buat untuk mendorong Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) di pedesaan. Usaha ini bergerak di bidang jasa inkubasi wirausaha sosial. Masyarakat di suatu desa, RI dampingi untuk membentuk dan menjalankan UMKM atau Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) berdasarkan potensi sumber daya alam lokal desa.
UMKM yang dibentuk berupa pengolahan SDA menjadi produk yang siap jual ke konsumen melalui jalur distribusi seperti toko-toko atau pasar. Hal ini dilakukan agar hasil alam yang ada di desa dapat dioptimalkan nilainya dan masyarakat desa dapat memiliki kemampuan dalam mencapai kemandirian ekonomi.
Maghrib memeparkan, kegiatan utama dari program inkubasi wirausaha sosial adalah pendampingan, pelatihan, dan konsultasi manajemen usaha sosial. Manajemen ini terdiri dari manajemen lembaga, keuangan, distribusi, pemasaran, dan dampak ekonomi-sosial. Program inkubasi ini dilaksanakan di masing-masing desa dalam jangka waktu tertentu (untuk tahap awal membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun) dengan cara mentoring intensif kepada pelaku usaha sosial di desa.
Dari cerita Maghrib, Ruang Inovasi ini bermula dari kepedulian anak-anak muda terhadap kondisi Indonesia yang banyak permasalahan, salah satunya masalah kemiskinan. Ruang inovasi didirikan oleh dirinya dan 3 orang teman yang memiliki komitmen sama untuk berkontribusi serta mencari solusi atas masalah kemiskinan di Indonesia, khususnya di daerah pelosok yang memiliki banyak keterbatasan.
“Kami memiliki latar belakang keilmuan berbeda tetapi memiliki pengalaman yang hampir sama dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.” Ungkapnya kepada Tim pilarteduh.com.
Pada dasarnya RI dapat melibatkan banyak pihak baik pemerintah maupun swasta. Secara teknis RI banyak berkerja sama dengan masyarakat desa, pemerintah desa, dan daerah. Masyarakat desa sebagai aktor utama dalam menggerakan perubahan kondisi mereka menjadi lebih baik dan didorong oleh pemerintahan.
Lebih lanjut, menurut Maghrib, RI juga membuka peluang kerja sama dengan perusahaan yang memiliki kesamaan misi dengan RI untuk menjalankan kegiatan bersama. Beberapa lembaga seperti YKAN, Astra, dan GIZ pernah bekerja sama dengan RI.
Sudah berjalan 4 tahun,Kegiatan RI ini tepatnya bermula dari awal tahun 2018 di dua desa di Kabupaten Berau, yaitu Desa Merancang Ilir dan Desa Punan Mahkam.
Desa dampingan saat ini berjumlah 3 desa dengan total 8 penggerak lokal yang sudah merasakan manfaat. Tiga desa tersebut adalah Merancang Ilir, Punan Mahkam, dan Tanjung Perepat.
Selain itu, sebanyak 21 desa (sejumlah 21 pengusaha) telah RI sinkronkan database ke pemerintah Kabupaten dan 3 desa dari 21 desa tersebut menjadi calon desa dampingan yang akan ditindaklanjuti konsep pengembangan ekonominya. Desa-desa ini tersebar di Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
Cara kerja RI berdasarkan penuturan Maghrib, yakni RI melakukan pendampingan intensif dan tinggal di suatu desa untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai usaha sosial yang mandiri dan berkelanjutan. Sehingga masyarakat desa dapat mengubah kondisinya sendiri dengan sumber daya yang ada.
Metode ini dilakukan dengan memberikan ilmu dan pengalaman melalui diskusi dan praktek langsung bersama masyarakat.
“Menurut kami, pola pembelajaran masyarakat adalah belajar sambil mempraktikkan ilmunya sehingga metode pendampingan intensif adalah metode yang paling cocok,” papar Maghrib.
Lebih jauh, menurut Maghrib, beberapa lembaga lain banyak yang mengadakan pelatihan-pelatihan berupa pemberian materi di suatu ruangan sehingga masyarakat yang kurang paham tidak mudah untuk menangkap isi materinya.
Selain itu, kelebihan RI, dengan adanya keberadaan pendamping yang tinggal di desa, manfaatnya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa RI berpihak pada kepentingan mereka.
“Peran kami adalah sebagai fasilitator masyarakat sehingga unsur pemberdayaan menjadi unsur penting dalam menjalankan konsep pengembangan ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan,” tuturnya.
Konsep pengembangan ekonomi yang diterapkan RI adalah bisnis sosial. Jadi masyarakat diarahkan agar bisnis yang dibentuk mempertimbangkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat agar usaha yang dijalankan memiliki misi sosial yang dirasakan oleh masyarakat.
“Kami juga dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan pemerintah desa yang beberapa sektor swasta tidak melakukannya. Kolaborasi ini memberikan peluang mencapai keselerasan tujuan pembanguan antar pihak.” Imbuhnya.
Maghrib mengaku senang dengan aktivitas di RI yang Ia bangun. Dampak bagi dirinya adalah dapat berkontribusi dalam mendorong perkembangan masyarakat desa.
Adapun bagi lingkungan sekitar, mereka mendapatkan wadah dan alternatif dalam melakukan berbagai aktivitas dalam memperbaiki kondisinya menjadi yang lebih baik. (jam)